SERATUS HARI TERAKHIR DI PESANTREN (H -90)

22.05              Sunan Ampel 01          27 Januari 2009
Dua bungkusan Ji’I, satu mangkok bakso, beragam camilan kering dan buah telah kutelan malam ini. Ditambah CTM semakin menuntutku untuk tidur saja.

Pagai yang berlangsung hari ini terasa menyenangkan bagiku. Semangat yang masih menggebu bisa teraplikasikan langsung saat sekolah, jam kosong nggak ada hari ini. Apalagi setelah ini Miftah member tugas untukku, tepak sekali!  Walaupun biasanya semangat semacam ini hanya muncul meletup sehari, dua hari tapi aku cukup optimis saat ini sepertinya semangat ini akan bisa bertahan lebih lama – ya apa lagi alasannya kalau nggak karena ‘ini adalah momen-momen akhirku di Tambakberas’-. Tak terhitung berapa sesuatu yang belum kulakukan, berapa banyak PR yang belum kukerjakan. Waktu sesempit ini amat berharga nilainya. Semoga saja aku benar-benar mengisinya dengan aktivitas yang bermanfaat dan produktif.

Saat ini aku beranggapan aku tidak usah/perlu untuk memaksakan diriku untuk lebih bercorak, lebih rame. Menurutku aku harus tetap mempertahankan tipikal ‘pendiam’ku karena: karakter untuk bisa membaur kepada macam-macam golongan semakn kuat berkembang jika kuimbangi dengan tidak banyak omong, tapi banyak tingkah. Jadi omongan yang kita hadirkan benar-benar bisa diterima enak mukhotob, ‘sedikit tapi mengena’.  Tak perlu aku banyak berbasa-basi sana sini tapi dalam perlakuan kepada dia ternyata tak sama dan perilaku kita ternyata jauh dari apa yang menjadi omongan kita.



Aku beharap, suatu saat nanti ada banyak orang yang punya pola pikir pesantren seperti pola pikirku. Sehingga nanti aku tidak terlalu sedih ketika harus melihat BU dari luar. Tanpa mampu berbuat banyak. Karena sudah banyak di Bu orang yang searah dalam fikiran denganku


OMONGAN DAN KELAKUAN KITA, HARUSLAH TEPAT SEPERTI TUNTUTAN KEADAAN

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »